(Kompas 20 Apr 2011)
Prakarsa Rakyat, Oleh: Irma Tambunan
Kerisauan publik di Provinsi Jambi akan rencana Pemerintah Kabupaten Kerinci memboyong sejumlah benda pusaka ke Sekolah Menengah Kebangsaan Sri Pantai Kuala Lumpur, Malaysia, menghangat dalam sepekan terakhir. Masyarakat memprotes rencana tersebut. Bahkan, pemerintah pusat telah menyiapkan langkah hukum untuk menjerat pihak yang terlibat. Lain halnya di Malaysia. Kerisauan tersebut tak sedikit pun terbaca. Persiapan peresmian Galeri Sejarah Kerinci di Sekolah Menengah Kebangsaan Sri Pantai Kuala Lumpur, pekan lalu, dilalui dengan suasana adem ayem. Para guru tampak tenang menata materi pameran, dan bahan pidato. Bendera Malaysia dan Indonesia dipasang pada dua tiang di gerbang sekolah. Dua bendera Malaysia juga dipasang di depan bangunan galeri. Sejumlah karyawan menyiapkan hidangan bagi rombongan Bupati Kerinci, Murasman, yang menghadiri acara peresmian. Karena itu, kepala sekolah Hamidah begitu kaget saat memperoleh informasi bahwa khalayak di Indonesia mencurigai ada upaya halus Malaysia mengklaim budaya Kerinci, salah satunya melalui pembangunan Museum Kerinci. ”Itu tidak benar. Kami ini hanya sekolah, tempat pendidikan. Kami tidak ada urusannya dengan politik,” ujar Hamidah.